Ragam Bahasa Semi Ilmiah
adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut
metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya
bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan
fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi
tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering
di masukkan karangan non-ilmiah.
Maksud dari
karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak
digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan
cerpen. Karakteristiknya : berada diantara ilmiah.
Bentuk karangan
semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku.
Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik
objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu
ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
Adapun
ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi
- Fakta yang disimpulkan subjektif
- Gaya bahasa formal dan popular
- Mementingkan diri penulis
- Melebih-lebihkan sesuatu
- Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
- Bersifat persuasive
SBY memang
bukan Presiden terhebat Indonesia, setidaknya terlalu dini untuk menyebut
demikian. Tapi mengatakan bahwa Soeharto lebih baik daripada SBY adalah
pernyataan yang mengada ada. Saya akan coba jabarkan mengapa. Alasan utama,
Soeharto katanya lebih baik adalah :
- Ekonomi
- Stabilitas dan keamanan
- Pembangunan
- Minim korupsi
Mari kita telaah satu persatu..
- EKONOMI.
Betulkah era
Soeharto lebih baik daripada SBY? Tolok ukurnya apa? Harga yang lebih murah?
Kenaikan harga, sesungguhnya adalah efek dari pertumbuhan ekonomi. Kalau anda
lihat Jepang, harga di sana tidak naik naik sejak lama. Tapi itu juga karena
ekonomi Jepang sejak lama berantakan. Pertumbuhan ekonominya minus. Saya bukan
ekonom sehingga tidak bisa menjelaskan mengapa, namun fakta tadi dengan mudah
anda bisa temukan apabila anda rajin baca baca majalah luar atau situs berita
dari luar negri.
Kenyataan bahwa
harga harga naik, sesungguhnya diikuti oleh daya beli masyarakat yang juga
meningkat. Tidakkah anda memperhatikan pertumbuhan kota kota di Indonesia?
Ataukah anda berkesimpulan tanpa benar benar melihat kenyataan di lapangan.
Saya sejak 2004 sudah mulai berkeliling Indonesia dari kota ke kota dan
pertumbuhan kota di Indonesia begitu luar biasa. Kehidupannya melaju dan roda
perekonomiannya berputar kencang. Terlihat dari aktifitas masyarakatnya.
Saya sebenarnya
juga enggan untuk mengakui ini mengingat saya sangat keras mengritik SBY, tapi
kenyataannya dalam 2 kali periode kepemimpinannya, secara makro ekonomi kita
bukan hanya membaik tapi menguat.
Banyak yang
bilang, terakhir kali ekonomi Indonesia tumbuh 7% adalah pada era Soeharto, dan
itu memang benar. Tidak ada lagi Presiden yang bisa mencapai seperti itu hingga
hari ini, tapi 97 kita mulai merasakan krisis ekonomi gila gilaan dan 98 ketika
akhirnya krisis ekonomi tersebut mulai mencekik kelas menengah Indonesia, maka
desakan agar Soeharto turun semakin keras.
Para
pendukungnya melihat keadaan sudah tidak memungkinkan, akhirnya lompat ke
sekoci dan meninggalkan Soeharto. Apa bedanya, krisis ekonomi global 1997 dan
2008 terhadap Indonesia ? Pada 97 kita roboh, pada 2008 kita bertahan bahkan,
tumbuh!
Mengapa krisis
ekonomi yang sama sama melanda dunia, berdampak beda terhadap Indonesia? Karena
tim ekonomi kedua pemerintahan beda kualitasnya. Yang satu masih jadi kantong
partai, yang satu lagi professional non partai. Yang satu membuai rakyat dengan
kemakmuran semu sementara tim ekonomi di 2008 berhasil membuat perekonomian
Indonesia kuat karena dirinya sendiri. Bukan karena aliran uang dari luar.
Konsumsi dalam negeri Indonesia tinggi sehingga tidak terpengaruh banyak
terhadap krisis luar.
Justru ini juga
yang menjadi Indonesia daya tarik bagi Negara Negara lain.. “Indonesians are
still buying? At this time? Well, since we cant sell these to our people, might
as well sell these to the Indonesians”
Dan itulah
bagaimana Indonesia pada akhirnya jadi pasar bagi luar negri. Sah sah aja bagi
mereka, ini perdagangan. Kuncinya ada di tangan pemerintah untuk menggenjot
produksinya Indonesia juga. Melindungi pedagang pedagang Indonesia dari hajaran
produk impor. Sesuatu yang masih jadi Peer bagi pemerintahan SBY
Tapi secara
keseluruhan, mengatakan SBY lebih buruk dari Soeharto secara ekonomi, adalah
pernyataan yang nyasar.
- STABILITAS DAN KEAMANAN
Katanya di era
Soeharto semuanya lebih stabil, lebih aman, tidak ada terorisme, tidak ada
pemboman, tidak ada gangguan terhadap keamanan. Ya jelas.
Ibaratnya,
kalau para penjahat jadi penguasa sebuah daratan dan menjadikannya rumah, maka
daratan itu akan tentram . Kalau daratan itu direbut kembali oleh para jagoan,
maka penjahat akan lakukan segala macam hal untuk merebut kembali. Termasuk,
dengan serangan serangan.
Ketika Soeharto
memegang Indonesia, tidak ada yang bisa melawan. Media semuanya dibawah sensor
Mentri Penerangan dengan kalimat saktinya “Atas instruksi bapak Presiden”.
Kalau ada media yang membandel, dibredel dan ditutup. Siapapun yang berani
menentang, dihilangkan, kemungkinan besar dibunuh. Ini bukan keamanan, ini
pengekangan, ini pembungkaman.
Musti diingat,
karena ini sejarah dan buku pelajaran sejarah jaman sekarang tidak mengajarkan
ini, bahwa ketika bulan Mei 98 BBM dinaikkan, lalu protes bermunculan oleh para
mahasiswa, tanggal 12 mei atas nama stabilitas dan keamanan, peluru membunuh 4
aktivis Trisakti. Peluru tajam. Peluru tajam aparat kita sendiri, menembus
tubuh rakyat kita sendiri.
Bisa keluar
dari markas mereka membawa peluru tajam untuk menghadapi mahasiswa Indonesia
saja sudah patut untuk dipertanyakan. Ini mahasiswa Indonesia. Bukan tentara
Belanda yang ga bisa move on dan pengen menjajah kita kembali. Ini rakyat
Indonesia. Ini rakyatnya Soeharto.
Setelah itu
selama 3 hari berturut turut dari 13 sampai 15 mei, kerusuhan terbesar yang
jadi bagian tergelap dari Indonesia pecah. Pemerkosaan. Pembunuhan. Penjarahan.
Pembakaran. Ini stabilitas yang dipuja puji tersebut?
Belum lagi nama
nama aktivis yang hilang pada masa tersebut dan tidak pernah kembali, bagaimana
nasib orang tua mereka? Istri dan anak mereka? Untuk setiap orang yang bilang
bahwa Indonesia lebih enak di era Soeharto, beranikah mereka berkata demikian
di hadapan seorang Ibu yang tubuhnya lemas, kuyu tapi matanya masih tajam
membara menuntut kejelasan dan keadilan karena anaknya hilang?
Di era SBY,
kebebasan berpendapat memang membawa bingkisan bau amis. More freedom sometimes
means more problems. But as you grow, you realize that the more problems we
face AND dealt with, the more we grow better as a person
Kuncinya
memang, menyikapi kebebasan dengan kedewasaan dan kecerdasan. Bukan hidup dalam
kekangan sangkar emas bertuliskan “BEBAS” dari untaian berlian.
- PEMBANGUNAN
Soeharto
disebut “Bapak Pembangunan”. Katanya tidak ada orang lebih hebat dari Soeharto
soal pembangunan. Menurut saya, siapapun Presidennya, kalau punya waktu 32
tahun untuk menjabat ya pasti bisa melakukan pembangunan yang signifikan.
Lagi pula
pertanyaannya, dalam 32 tahun pemerintahan Soeharto, memangnya yang dibangun
Indonesia atau Jawa? Bukankah pasca era Soeharto yang disayangkan semua orang
adalah pembangunan yang tidak merata dan sentralistik. Makanya Jakarta jadi
kota tujuan semua orang dari seluruh pelosok Indonesia.
Ini kan sebuah
permasalahan yang mudah untuk dipahami: Why does everybody goes to Jakarta?
Because that’s where the money is. In other words, there are no money in other
places in Indonesia.
Lagipula,
bicara pembangunan infrastrukur, yang merasakan jembatan layang, jalan tol,
sekolah sekolah bagus, fasilitas kesehatan yang mumpuni, dll kan Jakarta. Bukan
kota lain
Sekarang justru
kota kota seperti Semarang, Solo, Palembang, Medan, Makassar, Pekanbaru,
Padang, termasuk Bandung dan Surabaya yang dari dulu sudah dianggap maju, dan
masih banyak lagi kota kota lain di Indonesia, mengalami pertumbuhan
infrastruktur yang hebat
Lagipula,
mengatakan Soeharto adalah bapak pembangunan, memberi kesan lupa bahwa 30% dana
pembangunan Republik Indonesia selama 32 tahun Soeharto memimpin, menghilang
ditelan Soeharto dan kroninya total sebesar 350 Triliun dari APBN
Ini bukan hanya
fakta yang ditemukan oleh kita sendiri di Indonesia, fakta ini ditemukan oleh
Transparency International, majalah TIME asia, dan masih banyak lagi. TIME
asia bahkan sampai dituntut oleh keluarga Soeharto yang berakhir pada kekalahan
keluarga Soeharto
Dalam konteks
pembangunan, Soeharto inc (julukan majalah TIME asia untuk Soeharto dan
kroninya) menguasai property seluas 3.6 juta hektar. Tahu ga itu sebesar apa?
Itu sebesar Negara Belgia -_-*
- MINIM KORUPSI
Sebenarnya
tidak perlu dijelaskan lagi setelah keterangan di atas, tapi untuk menambah
warna pada bagian ini, saya mau mengingatkan mengapa hari ini korupsi kesannya
merebak dan dulu tidak.
Perhatikan baik
baik: Bedakan antara tidak ada korupsi, dan korupsi tidak pernah diberitakan.
Tidak ada
berita tentang korupsi, bukan berarti tidak ada korupsi. Seperti yang tertulis
di atas tadi, jaman dulu pemberitaan dikontrol rezim Soeharto. Kalau ada yang
memberitakan, dibubarkan.
Hari ini,
justru kita harusnya bahagia dengan adanya segala pemberitaan korupsi di media.
Karena itu berarti, korupsinya ketauan dan diproses. Tentu prosesnya tidak
sempurna, karena tidak mudah membongkar dan menghilangkan kebiasaan yang sudah
dibenarkan selama 32 thn oleh Soeharto
Korupsi sudah
jadi kebiasaan dan dianggap benar. Orang jaman skarang susah untuk terima bahwa
“mark up” adalah korupsi. Kenyataannya ya memang mark-up itu korupsi. Supaya
gampang memahami mark up adalah korupsi, tanyakan saja diri anda sendiri:
Ketika anda me-mark-up sesuatu, orang lain tahu tidak? Atau klien anda tahu
tidak? Kalau anda diam diam melakukannya, maka ada unsur pembohongan disitu. Perlawanan
terhadap korupsi jadi perjuangan bersama, karena prakteknya sampai kepada
sekitar kita.
Sepanjang
tulisan ini, jelas bahwa merasa era SBY lebih buruk dari era Soeharto adalah
benar benar kesalah pahaman yang cenderung aneh. Belum tentu prestasi SBY
tentunya, tapi yang pasti ERAnya SBY lebih baik. SAya rasa era ini hasil kerja
sama rakyat Indonesia yang memperjuangkan kebaikan untuk Indonesia, di bawah
kepemimpinan SBY
Lets be real here.
Masak iya SBY
lebih buruk daripada Soeharto? Dosanya SBY adalah: Cemen. Tidak bisa tegas
menindak dosa dosa orang lain yg merusak Indonesia. Diam di saat banyak
gangguan terhadap kebhinnekaan, gangguan dalam bentuk korupsi
(termasuk di bawah hidungnya sendiri) Sementara, dosanya Soeharto adalah: Dia
pelaku dosanya. Bersama kroninya, hingga kini telah menghilangkan 350 triliun
uang rakyat dan tidak pernah kembali. TAPI
Menutup tulisan
ini, saya mau mengumumkan bahwa Soeharto menang atas SBY dalam 2 hal:
Senyum.
Soeharto senyum mulu kerjaannya (then again, joker laugh all the time too) sementara
SBY mukanya selalu manyun.
Hobi. Soeharto,
hobinya adalah main burung perkutut dan menyalakan mesin koleksi Harley-nya
(hasil gratifikasi tentunya) tapi hanya didengarkan suaranya. Kadang sesekali
keliling rumahnya, dibonceng. Sementara SBY hobinya bikin album. Sampe 4 album
pula -_-* Di sini Soeharto menang, hobinya Soeharto rada membumi, sementara
hobinya SBY rada membieber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar