Selasa, 08 Oktober 2013

Ragam Bahasa Semi Ilmiah

Ragam Bahasa Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah.

Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya :  berada diantara ilmiah.

Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.

Adapun ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi
  • Fakta yang disimpulkan subjektif
  • Gaya bahasa formal dan popular
  • Mementingkan diri penulis
  • Melebih-lebihkan sesuatu
  • Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
  • Bersifat persuasive


      
 Contoh artikel ragam bahasa semi ilmiah : Sumber Artikel

"MEMBIEBER"


SBY memang bukan Presiden terhebat Indonesia, setidaknya terlalu dini untuk menyebut demikian. Tapi mengatakan bahwa Soeharto lebih baik daripada SBY adalah pernyataan yang mengada ada. Saya akan coba jabarkan mengapa. Alasan utama, Soeharto katanya lebih baik adalah :
  • Ekonomi
  • Stabilitas dan keamanan
  • Pembangunan
  • Minim korupsi

Mari kita telaah satu persatu..

  • EKONOMI.


Betulkah era Soeharto lebih baik daripada SBY? Tolok ukurnya apa? Harga yang lebih murah? Kenaikan harga, sesungguhnya adalah efek dari pertumbuhan ekonomi. Kalau anda lihat Jepang, harga di sana tidak naik naik sejak lama. Tapi itu juga karena ekonomi Jepang sejak lama berantakan. Pertumbuhan ekonominya minus. Saya bukan ekonom sehingga tidak bisa menjelaskan mengapa, namun fakta tadi dengan mudah anda bisa temukan apabila anda rajin baca baca majalah luar atau situs berita dari luar negri.


Kenyataan bahwa harga harga naik, sesungguhnya diikuti oleh daya beli masyarakat yang juga meningkat. Tidakkah anda memperhatikan pertumbuhan kota kota di Indonesia? Ataukah anda berkesimpulan tanpa benar benar melihat kenyataan di lapangan. Saya sejak 2004 sudah mulai berkeliling Indonesia dari kota ke kota dan pertumbuhan kota di Indonesia begitu luar biasa. Kehidupannya melaju dan roda perekonomiannya berputar kencang. Terlihat dari aktifitas masyarakatnya.

Saya sebenarnya juga enggan untuk mengakui ini mengingat saya sangat keras mengritik SBY, tapi kenyataannya dalam 2 kali periode kepemimpinannya, secara makro ekonomi kita bukan hanya membaik tapi menguat.

Banyak yang bilang, terakhir kali ekonomi Indonesia tumbuh 7% adalah pada era Soeharto, dan itu memang benar. Tidak ada lagi Presiden yang bisa mencapai seperti itu hingga hari ini, tapi 97 kita mulai merasakan krisis ekonomi gila gilaan dan 98 ketika akhirnya krisis ekonomi tersebut mulai mencekik kelas menengah Indonesia, maka desakan agar Soeharto turun semakin keras.

Para pendukungnya melihat keadaan sudah tidak memungkinkan, akhirnya lompat ke sekoci dan meninggalkan Soeharto. Apa bedanya, krisis ekonomi global 1997 dan 2008 terhadap Indonesia ? Pada 97 kita roboh, pada 2008 kita bertahan bahkan, tumbuh!

Mengapa krisis ekonomi yang sama sama melanda dunia, berdampak beda terhadap Indonesia? Karena tim ekonomi kedua pemerintahan beda kualitasnya. Yang satu masih jadi kantong partai, yang satu lagi professional non partai. Yang satu membuai rakyat dengan kemakmuran semu sementara tim ekonomi di 2008 berhasil membuat perekonomian Indonesia kuat karena dirinya sendiri. Bukan karena aliran uang dari luar. Konsumsi dalam negeri Indonesia tinggi sehingga tidak terpengaruh banyak terhadap krisis luar.

Justru ini juga yang menjadi Indonesia daya tarik bagi Negara Negara lain.. “Indonesians are still buying? At this time? Well, since we cant sell these to our people, might as well sell these to the Indonesians”

Dan itulah bagaimana Indonesia pada akhirnya jadi pasar bagi luar negri. Sah sah aja bagi mereka, ini perdagangan. Kuncinya ada di tangan pemerintah untuk menggenjot produksinya Indonesia juga. Melindungi pedagang pedagang Indonesia dari hajaran produk impor. Sesuatu yang masih jadi Peer bagi pemerintahan SBY
Tapi secara keseluruhan, mengatakan SBY lebih buruk dari Soeharto secara ekonomi, adalah pernyataan yang nyasar.

  • STABILITAS DAN KEAMANAN


Katanya di era Soeharto semuanya lebih stabil, lebih aman, tidak ada terorisme, tidak ada pemboman, tidak ada gangguan terhadap keamanan. Ya jelas.

Ibaratnya, kalau para penjahat jadi penguasa sebuah daratan dan menjadikannya rumah, maka daratan itu akan tentram . Kalau daratan itu direbut kembali oleh para jagoan, maka penjahat akan lakukan segala macam hal untuk merebut kembali. Termasuk, dengan serangan serangan.

Ketika Soeharto memegang Indonesia, tidak ada yang bisa melawan. Media semuanya dibawah sensor Mentri Penerangan dengan kalimat saktinya “Atas instruksi bapak Presiden”. Kalau ada media yang membandel, dibredel dan ditutup. Siapapun yang berani menentang, dihilangkan, kemungkinan besar dibunuh. Ini bukan keamanan, ini pengekangan, ini pembungkaman.

Musti diingat, karena ini sejarah dan buku pelajaran sejarah jaman sekarang tidak mengajarkan ini, bahwa ketika bulan Mei 98 BBM dinaikkan, lalu protes bermunculan oleh para mahasiswa, tanggal 12 mei atas nama stabilitas dan keamanan, peluru membunuh 4 aktivis Trisakti. Peluru tajam. Peluru tajam aparat kita sendiri, menembus tubuh rakyat kita sendiri.

Bisa keluar dari markas mereka membawa peluru tajam untuk menghadapi mahasiswa Indonesia saja sudah patut untuk dipertanyakan. Ini mahasiswa Indonesia. Bukan tentara Belanda yang ga bisa move on dan pengen menjajah kita kembali. Ini rakyat Indonesia. Ini rakyatnya Soeharto.

Setelah itu selama 3 hari berturut turut dari 13 sampai 15 mei, kerusuhan terbesar yang jadi bagian tergelap dari Indonesia pecah. Pemerkosaan. Pembunuhan. Penjarahan. Pembakaran. Ini stabilitas yang dipuja puji tersebut?

Belum lagi nama nama aktivis yang hilang pada masa tersebut dan tidak pernah kembali, bagaimana nasib orang tua mereka? Istri dan anak mereka? Untuk setiap orang yang bilang bahwa Indonesia lebih enak di era Soeharto, beranikah mereka berkata demikian di hadapan seorang Ibu yang tubuhnya lemas, kuyu tapi matanya masih tajam membara menuntut kejelasan dan keadilan karena anaknya hilang?

Di era SBY, kebebasan berpendapat memang membawa bingkisan bau amis. More freedom sometimes means more problems. But as you grow, you realize that the more problems we face AND dealt with, the more we grow better as a person

Kuncinya memang, menyikapi kebebasan dengan kedewasaan dan kecerdasan. Bukan hidup dalam kekangan sangkar emas bertuliskan “BEBAS” dari untaian berlian.

  • PEMBANGUNAN


Soeharto disebut “Bapak Pembangunan”. Katanya tidak ada orang lebih hebat dari Soeharto soal pembangunan. Menurut saya, siapapun Presidennya, kalau punya waktu 32 tahun untuk menjabat ya pasti bisa melakukan pembangunan yang signifikan.

Lagi pula pertanyaannya, dalam 32 tahun pemerintahan Soeharto, memangnya yang dibangun Indonesia atau Jawa? Bukankah pasca era Soeharto yang disayangkan semua orang adalah pembangunan yang tidak merata dan sentralistik. Makanya Jakarta jadi kota tujuan semua orang dari seluruh pelosok Indonesia.

Ini kan sebuah permasalahan yang mudah untuk dipahami: Why does everybody goes to Jakarta? Because that’s where the money is. In other words, there are no money in other places in Indonesia.

Lagipula, bicara pembangunan infrastrukur, yang merasakan jembatan layang, jalan tol, sekolah sekolah bagus, fasilitas kesehatan yang mumpuni, dll kan Jakarta. Bukan kota lain

Sekarang justru kota kota seperti Semarang, Solo, Palembang, Medan, Makassar, Pekanbaru, Padang, termasuk Bandung dan Surabaya yang dari dulu sudah dianggap maju, dan masih banyak lagi kota kota lain di Indonesia, mengalami pertumbuhan infrastruktur yang hebat

Lagipula, mengatakan Soeharto adalah bapak pembangunan, memberi kesan lupa bahwa 30% dana pembangunan Republik Indonesia selama 32 tahun Soeharto memimpin, menghilang ditelan Soeharto dan kroninya total sebesar 350 Triliun dari APBN

Ini bukan hanya fakta yang ditemukan oleh kita sendiri di Indonesia, fakta ini ditemukan oleh Transparency International, majalah TIME asia, dan masih banyak lagi. TIME asia bahkan sampai dituntut oleh keluarga Soeharto yang berakhir pada kekalahan keluarga Soeharto

Dalam konteks pembangunan, Soeharto inc (julukan majalah TIME asia untuk Soeharto dan kroninya) menguasai property seluas 3.6 juta hektar. Tahu ga itu sebesar apa? Itu sebesar Negara Belgia -_-*

  • MINIM KORUPSI


Sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi setelah keterangan di atas, tapi untuk menambah warna pada bagian ini, saya mau mengingatkan mengapa hari ini korupsi kesannya merebak dan dulu tidak.

Perhatikan baik baik: Bedakan antara tidak ada korupsi, dan korupsi tidak pernah diberitakan.

Tidak ada berita tentang korupsi, bukan berarti tidak ada korupsi. Seperti yang tertulis di atas tadi, jaman dulu pemberitaan dikontrol rezim Soeharto. Kalau ada yang memberitakan, dibubarkan.

Hari ini, justru kita harusnya bahagia dengan adanya segala pemberitaan korupsi di media. Karena itu berarti, korupsinya ketauan dan diproses. Tentu prosesnya tidak sempurna, karena tidak mudah membongkar dan menghilangkan kebiasaan yang sudah dibenarkan selama 32 thn oleh Soeharto

Korupsi sudah jadi kebiasaan dan dianggap benar. Orang jaman skarang susah untuk terima bahwa “mark up” adalah korupsi. Kenyataannya ya memang mark-up itu korupsi. Supaya gampang memahami mark up adalah korupsi, tanyakan saja diri anda sendiri: Ketika anda me-mark-up sesuatu, orang lain tahu tidak? Atau klien anda tahu tidak? Kalau anda diam diam melakukannya, maka ada unsur pembohongan disitu. Perlawanan terhadap korupsi jadi perjuangan bersama, karena prakteknya sampai kepada sekitar kita.

Sepanjang tulisan ini, jelas bahwa merasa era SBY lebih buruk dari era Soeharto adalah benar benar kesalah pahaman yang cenderung aneh. Belum tentu prestasi SBY tentunya, tapi yang pasti ERAnya SBY lebih baik. SAya rasa era ini hasil kerja sama rakyat Indonesia yang memperjuangkan kebaikan untuk Indonesia, di bawah kepemimpinan SBY
Lets be real here.

Masak iya SBY lebih buruk daripada Soeharto? Dosanya SBY adalah: Cemen. Tidak bisa tegas menindak dosa dosa orang lain yg merusak Indonesia. Diam di saat banyak gangguan terhadap kebhinnekaan, gangguan dalam bentuk korupsi (termasuk di bawah hidungnya sendiri) Sementara, dosanya Soeharto adalah: Dia pelaku dosanya. Bersama kroninya, hingga kini telah menghilangkan 350 triliun uang rakyat dan tidak pernah kembali. TAPI

Menutup tulisan ini, saya mau mengumumkan bahwa Soeharto menang atas SBY dalam 2 hal:

Senyum. Soeharto senyum mulu kerjaannya (then again, joker laugh all the time too) sementara SBY mukanya selalu manyun.

Hobi. Soeharto, hobinya adalah main burung perkutut dan menyalakan mesin koleksi Harley-nya (hasil gratifikasi tentunya) tapi hanya didengarkan suaranya. Kadang sesekali keliling rumahnya, dibonceng. Sementara SBY hobinya bikin album. Sampe 4 album pula -_-* Di sini Soeharto menang, hobinya Soeharto rada membumi, sementara hobinya SBY rada membieber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar