Selasa, 08 Oktober 2013

Ragam Bahasa Ilmiah

Ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah bisa juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efesien, baik, dan benar. Ragam ini lazim digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah, misalnya dalam penulisan proposal kegiatan ilmiah, proposal penelitian.

Ciri-ciri dari bahasa Indonesia ragam bahasa ilmiah, antara lain :
  • Bahasa Indonesia ragam baku
  • Penggunaan kalimat efektif
  • Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda
  • Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias
  • Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan
  • Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antar alinea



 Contoh Artikel yang menggunakan ragam bahasa ilmiah : Sumber Artikel

   "Tidur di Satu Tempat dengan Hewan Peliharaan bisa Picu Penyakit"



Penelitian yang dilakukan di California, AS, menemukan kasus-kasus infeksi yang disebabkan oleh perilaku yang terlalu akrab dengan hewan peliharaan. Meski kasus tersebut tidak berlaku umum, namun aktivitas seperti tidur bersama, mencium atau dijilat hewan kesayangan bisa membuat manusia jatuh sakit.


Dari 1415 patogen yang bisa memengaruhi manusia, 61% di antaranya ditransfer dari hewan ke manusia. Inilah yang membuka kemungkinan infeksi penyakit yang ditularkan hewan ke manusia. Selain melalui kontak langsung dengan hewan, penularan bisa terjadi melalui udara dan makanan.

Bruno Chomel, profesor di School of Veterinary Medicine at the University of California, Davis, melakukan penelitian tersebut karena di banyak negara, hewan peliharaan sering membantu pengasuhan anak. "Bahkan penggunaannya cenderung melampaui batas," kata Bruno.

Ia pun merujuk pada survei yang dilakukan di Amerika Serikiat, Inggris, Perancis, dan Belanda yang menunjukkan 14-45% anjing tidur bersama di atas tempat tidur pemiliknya. Sementara 45-62% kucing peliharaan juga melakukan aktivitas yang sama. Sementara itu, menurut studi yang dilakukan American Kennel Club, wanita lebih sering mengajak hewan peliharannya ke tempat tidur dibandingkan pria (prosentase masing-masing berturut-turut 25% dan 16%).

"Menurut saya, keberadaan hewan peliharaan di lingkungan tempat tinggal memang baik. Namun mereka tidak seharusnya ada di tempat tidur," ujar Bruno.

Kuman yang ditransfer dari hewan ke manusia kerap menjadi penyebab menyebarnya wabah dengan infeksi MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus). MRSA adalah infeksi bakteri yang berasal dari hewan bertaring tajam dan berbagai jenis cacing parasit dari hewan peliharaan yang penuh kutu. Bakteri ini pada umumnya tahan terhadap antibiotik.

Pada tahun 2008, sebuah studi menemukan bahwa orang yang terjangkit wabah yang berhubungan dengan penyakit pes lebih sering tidur bersama anjingnya di tempat tidur. Anjing adalah pembawa penyakit yang patut dikhawatirkan. Soalnya, dibandingkan kucing, anjing lebih jarang sakit dan gejala sakitnya pun lebih sulit dikenali.

Oleh karena itu, berdasarkan penelitian, Profesor Bruno menyarankan untuk menghindari tidur bersama hewan peliharaan. Kontak langsung, seperti ciuman juga sebaiknya dikurangi. Bagian tubuh mana pun yang dijilat oleh hewan peliharaan Anda, khususnya di tempat luka terbuka, harus segera dicuci dengan menggunakan air dan sabun. Hewan peliharaan harus diperiksakan ke dokter hewan secara teratur untuk  memastikan hewan bebas kutu dan tidak cacingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar