Senin, 28 April 2014

Biografi - Ali Sadikin



Ali Sadikin (1927-2008)


 Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1966-1977. Lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927  (meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 82 tahun) adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelum menjabat sebagai Gubernur, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Guberbur Ali Sadikin sangat dicintai oleh para warganya, sehingga beliau diberikan gelar masyarakat Betawi dan dipanggil dengan sebutan Bang Ali.

Bang Ali memiliki sifat yang keras kepala, tegas dan juga kontroversial. Hal itu lah yang menjadi alasan Presiden Soekarno mengangkat beliau menjadi Gubernur. Menurut Bung Karno, Jakarta harus diurus oleh orang yang een beetje koppigheid (sedikit keras kepala). Karena Jakarta isinya adalah orang-orang dari bermacam golongan. Para konglomerat, pejabat negara, para diplomatik, pedagang, dan macam-macam masyarakat yang lain. Sehingga harus keras dan tegas dalam menjalankan kebijakan dan pemerintahan di Jakarta ini.

Hari pertama memimpin Jakarta, bang Ali memeriksa berapa anggaran daerah yang dimiliki oleh DKI Jakarta saat itu. Pemasukan budget anggaran belanja 66 juta rupiah setahun. 1/3 hasil pungutan daerah dan 2/3nya subsidi. “Masya Allah” pikir Bang Ali. “Bagaimana mungkin saya melakukan pelayanan dan pembangunan ?” Ketika melihat kecil anggaran Jakarta saat itu. Ada 3,6 juta warga, yang jumlahnya naik terus karena arus urbanisasi, 60 % warga Jakarta saat itu tinggal di kampung yang becek dan menyedihkan. Sanitasi buruk, tidak ada fasilitas umum untuk kehidupan baik, bang Ali mencari cara bagaimana supaya Pemda DKI mampu menambah pemasukan dengan signifikan. Sikap bang Ali yang tegas dan keras kepala membuat beliau memerintah para anak buahnya agar bisa bekerja dengan giat demi kemajuan DKI Jakarta.

Sudah bukan rahasia umum, sebagai Gubernur bang Ali memaki, berteriak bahkan ada yang ditempeleng karena disiplin kerja yang buruk. Bahkan kata kata yang kasar seperti “Goblok” dan “Sontoloyo” sudah menjadi trademark tersendiri bagi beliau. Belaiu menyuruh dinas perpajakan kota belajar computer ke Belanda untuk agar bisa menaikan pendapatan pajak.  Mottonya “Service is money, money is tax “ sehingga no tax no service. “Jangan rakyat mengharapkan dari saya jika tidak mau membayar pajak”  kata bang Ali. Bang Ali saat itu yang menggenjot pajak, walau bukan pajak pribadi, lewat pajak kepemilikan kendaraan bermotor, sampai pajak berniaga.

Salah satu kebijakan dari bang Ali yang sangat kontroversial pada saat menjabat adalah melegalkan perjudian. Saat itu ada beberapa tempat judi illegal & dibeking oleh ABRI. Menurut belaiu daripada dibiarkan gelap, lebih baik dilegalkan dan uang pajak masuk ke kas pemda, bang Ali juga menegaskan judi hanya untuk masyarakat Cina, karena sudah dianggap budaya, juga untuk mereka yang bukan Islam dan orang asing. Hanya saja ekses sampingan banyak warga pribumi yg beragama Islam yang ikut main judi. Bang Ali kesal sekali. Kata Bang Ali.  “kalau umat Islam ikut judi, artinya keIslaman orang itu yang bobrok, bukan Gubernurnya“. Bang Ali berkata : ini tanggung jawab saya di akhirat. Saya bilang ke Tuhan, ada 300 ribu anak yg tidak sekolah, dan 3 juta warga yg miskin. Kondisi sekolah di Jakarta saat itu, sekolah -sekolah hanya dengan lantai tanah dan dinding bamboo, dengan meja dijejali sampai 5 orang .Bang Ali : Banyak ditemukan penyakit kusta di kota ini, bahkan anak - anak dengan perut buncit, gusi merah dan mata melotot.

Dengan uang judi Bang Ali membangun Jakarta, untuk sekolah dihabiskan 20 milyar, sampai tahun 1974. Sudah 700 gedung sekolah dibangun. Itu belum termasuk fasilitas sosial, puskesmas, perbaikan kampung MHT, membeli bus-bus, memperbaiki shelter. Untuk pembangunan jalan - jalan, menghabiskan biaya 17 milyar, hampir seperempat dari total pengeluaran pembangunan DKI .Belum lama bang Ali jadi Gubernur , selama 2 hari keliling Jakarta naik bus. Hujan dan ikut berdesak desakan dengan penumpang lain. Saat itu ia tahu runyamnya transportasi Jakarta, orang naik bus dimana saja, turun kapan saja, tidak ada terminal. Ia datang ke Bapenas minta Bus, dapat pinjaman dari Amerika untuk beli bus sebanyak 500. Lalu dengan uang ( judi ) ia membeli tambahan 2500 bus. Lalu Bang Ali dirikan terminal Lapangan Banteng, Grogol, Cililitan, Blok M , Pulo Gadung dan banyak lagi. Problem lainnya, harga tarif angkutan bus tidak sesuai dan harus dinaikan. Tapi pasti akan diprotes DPRD dan rakyat. Bang Ali tidak perduli, kalau ingin fasilitas bagus, mesti bayar, enak aja mau murah , Supir-supir bus pernah mengadu ke Bang Ali, karena banyak oknum ABRI tidak mau membayar bus, mereka para supir kerap dipukuli ketika ditagih . Bang Ali menyanggupi dengan persyaratan. Para supir bus tidak boleh memuat penumpang lebih dari 50 orang setiap busnya. Bang Ali lalu membuat surat kepada garnisun dan komandan POM ABRI, bahwa semua ABRI yang naik bus harus bayar.

Bang Ali Gubernur yang bisa dikatakan kejam pada tukang becak. Perlahan becak dihilangkan. “Saya tidak mau Jakarta kelak jadi seperti Calcuta, India”. Dia juga pernah bersama Komandan Polisi Jakarta, tiba tiba melakukan razia bus - bus, dan menggiring puluhan bus - bus nakal masuk ke polda.  
Bang Ali Gubernur yg pertama kali buat peraturan bahwa setiap orang yg menebang pohon besar wajib berkonsutasi dengan Dinas Pertamanan, suatu hari ia kedatangan Buyung Nasution, ia mendirikan LBH & minta dukungan. Oleh Pemda DKI diberikan bantuan keuangan tanpa ikatan. Alasan Bang Ali, Saya suka dikontrol, banyak masyarakat bawah yang buta hukum tapi butuh bantuan hukum.

Selain judi, salah satu keputusan yang juga sangat kontroversial dari bang Ali yaitu melokalisasi WTS , yakni di kawasan Kramat Tunggak. Waktu itu daerah Kramat Tunggak masih jauh dan terpencil, banyak WTS yang berkeliaran di jalan jalan. Saat itu mereka berkeliling dengan becak , sambil menjajakan dirinya. Disebut becak komplit. Ia diprotes ulama, dianggap legalkan prostitusi. Namun kata Bang Ali, prostitusi itu harus diatur dengan dilokalisasi, agar dapat  dikontrol dengan suntikan berkala. 

Bang Ali selalu menganggap kritik punya maksud baik. Ada yang mengkritik soal judi. Dia anggap baik, maksudnya baik, jangan sampai Jakarta jadi kota maksiat. Kata Bang Ali, Saya dikritik jadi Gubernur judi,gubernur maksiat. Biar saja. Mereka tidak paham apa maksud saya.

Bang Ali dikritik tentang night club, Dia bilang. “ Sebagai warga kota industri, dagang, jasa. Orang ada capeknya. Biar mereka menghibur diri” Bang Ali menambahkan, tidak mungkin 5 juta penduduk Jakarta malaikat semua. Night Club, Pacuan Kuda, Anjing, Hailai didirikan untuk lapisan yang lebih berada. Sebagai kota metropolitan untuk masayarakat heterogen.

Bang Ali merupakan sosok yang temperamental, ketika ia melihat supir truk ugal ugalan di jalan, ia langsung menghentikan truk itu, lalu menempeleng supirnya.

Bang Ali adalah satu satunya Gubernur yg paling peduli dengan film nasional, menurutnya film telah menjadi kebutuhan masyarakat. Pada akhir masa jabatannya telah ada 130 gedung bioskop, bandingkan saat ia pertama menjabat hanya 47 bioskop. Bang Ali mewajibkan semua bioskop untuk memutar film nasional, bahkan setiap film yang baru release, akan dipromosikan di balai kota. Pajak yang diambil dari film, dikembalikan ke film. Salah satunya adalah mendirikan pusat perfilman di Kuningan.

Bang Ali mendirikan Taman Ismail Marzuki 10 Nov 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya. Baginya kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita- cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana Induk 20 tahun kedepan. Bang Ali juga yang mengatakan, sebuah kota dilihat berbudaya apa tidak, dengan melihat jumlah museum yg dimiliki. Bang Ali sering ke TIM dadakan, ia senang bergaul dengan seniman, darinya ia memperoleh inspirasi ide kreatif Jakarta. Seniman bilang sekolah seni hanya ada di Bandung, Jogja. Masa di Jakarta tidak ada ? Lalu ia mendirikan LPKJ yang menjadi IKJ. Kelak Ide Bang Ali adalah seniman yg lulus dari sekolah ini mengisi ruang kreatif melalui gelanggang- gelanggang remaja di tiap kota madya. 

Bertepatan 10 tahun Bang Ali menjadi Gubernur. Ia meminta Presiden Soeharto meresmikan Balaikota yg bertingkat 23. Ia teringat pesan Bung Karno, supaya jangan membangun gedung yang lebih tinggi di sekitar Monas. Ia teringat mimpi - mimpi Bung Karno yang berkhayal air mancur di tengah kota, hotel hotel megah, tempat rekreasi, museum dan art gallery. Bang Ali selalu menyebut ini ketika meresmikan pasar Senen, Taman Ancol sampai Hotel hotel berbintang. Tentang Ancol, itu ide Bung Karno. Suatu hari ia dipanggil , untuk mengubah daerah rawa dan jin buang anak, jadi tempat wisata. Bang Ali membangun kawasan otorita, seperti Kuningan, Pulomas, Pondok Pinang, Sunter, Proyek Senen, Cempaka putih. 

Sejak 1968 dibuat perayaan HUT DKI secara rutin. Perayaan besar-besaran di seluruh kota. Bang Ali terinspirasi oleh Carnaval Rio de Janeiro. Katanya, “ Biar rakyat kecil terhibur, mereka tidak bisa bersenang senang di Night Club. Mereka harus ada hiburan “ , setiap ulang tahun Jakarta, jalanan Thamrin ditutup sampai Monas. Semua warga Jakarta tumpah berbaur disana. Kebiasaan Bang Ali, pada malam 21 ke 22 Juni tepat pukul 24.00, ia bersama istri muncul di panggung berteriak’ Hidup Jakarta ". Bang Ali bilang ia ingin menghibur rakyat yg tinggal di kampung kumuh. Menarik mereka keluar rumah menghirup udara segar dan bergembira. Bang Ali senang jika ada warga yang gelar tiker, sambil makan kacang di pinggiran taman Jalan Thamrin. 

Gagasan membuat tempat hiburan selalu dikembangkan. Taman Ria Remaja, Kebon Binatang, Taman Ancol, Jakarta Fair serta taman-taman kota, bang Ali selalu wanti wanti kepada petugas, jangan mengganggu remaja remaja yang pacaran. “Jangan ganggu mereka “ pesannya. “ kalau hanya sampai berpelukan. Biarkan mereka “ Ketika Bang Ali turun. Kepergiannya ditangisi oleh warga Jakarta. Barang kali ini satu satunya Gubernur yang dicintai oleh warganya. Oleh IAIN Ia dianugrahkan gekar Al Bani yang artinya Bapak pembangunan ibu kota. Ia membantu gedung, perpustakan dan asrama mereka. Ketika awal menjabat jumlah Mesjid di Jakarta 600, dan tahun 1977 sudah menjadi 1070, Jumlah mushola jumlahnya 3500, telah menjadi 4500. Sebagai Gubernur yang melegalisasi judi, pada saat perpisahannya. Bang Ali mendapat penghargaan lencana emas dari ketua MUI Jakarta.

Bang Ali diarak dengan delman dari Mesjid Al Azhar ke gedung Walikota Jaksel, rakyat berebut menyalami. Tak terasa air mata Bang Ali basah. Selesai tugas, Bang Ali sebagai Gubermur selama 11 tahun. Ia telah meninggalkan warisan kepada warga Jakarta, yang tidak bisa dilakukan oleh gubernur-gubernur selanjutnya.

Setelah Bang Ali, belum ada lagi pemimpin Jakarta yang mampu seperti bang Ali meskipun ada yang mampu mendekati cara memimpinnya seperti Gubernur Suityoso dan Joko Widodo. Karena itu, wajar sekali jika masyarakat Jakarta sangat merindukan figur ‘Ali Sadikin muda’ untuk memimpin DKI Jakarta ke depan.

Ali Sadikin, meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles, Singapura. Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn), itu meninggal setelah dirawat selama sebulan di RS tersebut.

Menurut saya, beliau merupakan sosok pemimpin yang sangat inspiratif, pemimpin yang tidak hanya berpikir demi kemajuan daerah dan rakyatnya, tapi juga negara. Pemimpin yang tegas dan juga keras, yang mana itu merupakan sifat yang mutlak harus dimiliki seorang pemimpin. Beliau juga merupakan pemimpin yang sangat dicintai oleh warganya, banyak warga yang sangat merasa kehilangan saat beliau turun dari jabatannya. Beliau juga adalah pemimpin yang melakukan pembangunan dengan suatu perancangan yang sangat matang, sehingga mampu dinikmati oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama.

Selayaknya, para pemimpin di Indonesia ini mencontoh sikap beliau dalam memimpin. Tanpa rasa pamrih, hanya ingin bekerja untuk rakyatnya. Apalagi sekarang ini Indonesia akan memilih pemimpin yang baru, semoga kita para masyarakat mampu untuk memilih pemimpin yang sebenar-benarnya, pemimpin yang mampu membawa Indonesia maju di kancah dunia, juga pepimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya.

Referensi :
Referensi 1
Referensi 2
Referensi 3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar