Senin, 24 Maret 2014

Jakarta


JAKARTA...

Apa yang ada dalam benak semua orang ketika pertama kali mendengar kata diatas ? beragam jawaban tentunya. Kota impian, ibukota negara, megapolitan, kemacetan, banjir, padat, dan sebagainya. Semua kata-kata tersebut terlontar ketika ditanya mengenai Jakarta.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Terletak di bagian barat laut pulau Jawa, Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten. Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis.

Pertanyaannya adalah, mengapa sebuah kota yang menyandang status megapolitan ini memiliki banyak masalah yang rumit dan kompleks ? apakah tidak ada cara untuk mengatasinya ? mari kita lihat satu persatu dari sebagian masalah yang ada.

Banjir, salah satu masalah Jakarta yang paling utama. Bahkan sudah ada saat pertama kali kota ini berdiri dan sudah belasan kali berganti nama. Batavia, Jayakarta, Sunda Kelapa, merupakan sedikit dari nama yang pernah disandang oleh Jakarta. Semua nama itu juga tetap merasakan yang namanya banjir. Mengapa, salah satu alasannya karena Jakarta terletak pada dataran rendah dengan ketinggian hanya 8 meter dpl. Selain itu, daerah sebelah selatan Jakarta juga merupakan daerah dengan curah hujan yang paling tinggi. 



Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan sering dikenal dengan istilah “Siklus 5 Tahun” yang mendatangkan banjir besar. masalah ini sebenarnya sudah beberapa kali dicarikan solusinya, yaitu dengan cara pembangunan waduk, pengerukan kali, dll. Namun tetap tidak bisa membendung datangnya banjir yang juga disebabkan karena pembangunan yang memakai lahan yang seharusnya lahan itu digunakan untuk resapan air.

Masalah selanjutnya yaitu kemacetan, macet bagi sebagian besar penduduk Jakarta bukan lagi menjadi sebuah masalah, malah sudah menjadi salah satu bagian hidup dari mereka. Bahkan ada istilah kalau tidak macet berarti itu bukan Jakarta, sungguh betapa kronisnya penyakit macet ini buat warganya. Ketika hujan sehari dua kali, macet, sebuah kata yang harusnya jarang tiba-tiba menjadi dekat dengan makan dan minum. Sebanyak dua juta manusia yang berbondong-bondong di sore hari, berjejalan dalam bus transjakarta, metro mini, bus patas, bajai, ojek, kereta api, atau taxi dirindui kasur dan bantal di rumah seperti musafir yang kangen gubuk di belahan sana. Tertunduk dengan wajah-wajah lusuh, kusam, seolah dibebankan utang tak berperi.




Begitu banyak macam solusi yang dicarikan oleh Pemerintah provinsi DKI Jakarta agar dapat mengurangi kemacetan ini, diantaranya diberlakukannya sistem 3 in 1 pada jalan-jalan tertentu disaat jam-jam sibuk, atau sempat ada rumor akan diterapkannya sistem jalan berbayar, yang mana bila ingin dilewati harus membayar. Kemacetan tidak akan bisa diselesaikan dengan mudah, sebab kemacetan itu sendiri berhubungan dengan masalah yang lain dari Jakarta, yaitu kepadatan penduduk.

Masalah kepadatan penduduk ini juga merupakan masalah yang serius dihadapi oleh Jakarta, hampir semua penduduk di Jakarta ini memiliki kendaraan pribadi yang apabila semua turun ke jalan dalam waktu yang hampir bersamaan pada saat jam sibuk sudah tentu akan menimbulkan kemacetan yang luar biasa. Jakarta dengan luas kota 661,52 km² dengan jumlah penduduk 10.187.595 jiwa (2011), belum lagi ditambah dengan pendatang yang datang dari luar Jakarta dari kota-kota satelit sekitar Jakarta seperti Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi.



Mengapa semua orang ingin datang ke Jakarta ? karena disinilah semua impian berada, Jakarta menjanjikan bagi semuanya. Semua hal dapat kita temui disini, orang berbondong-bondong datang mengadu nasib, mencoba peruntungannya, meskipun banyak yang mengalami kegagalan, mereka tetap bertahan sehingga membuat kepadatan penduduk menjadi tak terhindarkan.

Mengapa Jakarta memiliki semuanya sehingga menjadi magnet yang sangat kuat bagi arus urbanisasi ? Jawabannya adalah karena sistem pembangunan yang tidak merata, dan itu adalah akar dari semua permasalahan. Ya, sentralisasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat yang menjadikan masalah Jakarta menjadi sangat kompleks. Pemerintah, khususnya pada zaman pemerintahan era orde baru, sangat timpang dalam melakukan pembangunan di Indonesia. Pembangunan sangat intensif dilakukan di derah jawa dengan ibukota Jakarta sebagai pusat pembangunan. Banyak daerah di Indonesia yang ketinggalan dalam hal pembangunan ini, sehingga membuat pembangunan di daerah lain menjadi tersendat. Pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat hiburan semuanya dipusatkan di Jakarta. Padahal apabila pembangunan ini dibagi rata ke seluruh Indonesia, masalah-masalah kerumitan yang terdapat di Jakarta ini bisa dapat terkendali dan diatasi dengan cukup mudah.

Untungnya pemerintah sekarang ini sudah mulai membangun daerah-daerah diluar Jakarta dan pulau Jawa. Adanya Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal yang dibuat oleh pemerintah menjadi salah satu indikasi baik dimulainya pembanguna yang merata bagi Indonesia. Meskipun tidak semua daerah maju, masih banyak yang sangat tertinggal untuk pembangunan. Setidaknya, mulai ada kemajuan dalam pembangunan di Indonesia. Tapi hal ini tidak serta merta membuat Jakarta menjadi bebas dari kerumitannya. Isu perpindahan ibukota negara yang diwacanakan oleh Presiden, mungkin menjadi ide yang brilian. Atau mungkin bisa saja pusat perdagangan atau pusat hiburan yang dipindahkan dari Jakarta, sehingga Jakarta hanya fokus sebagai pusat pemerintahan. Jakarta sudah seharusnya diistirahatkan, ibarat seorang manusia, Jakarta merupakan orang tua yang sudah tertatih untuk berjalan dan mengerjakan pekerjaan sendiri. Harusnya ia menjadi lebih arif dan bijaksana, dengan tidak membiarkan dirinya menjadi sakit dan renta sendiri...

Referensi :
Referensi 1 Referensi 2 Referensi 3 Referensi 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar