Minggu sore, 10 oktober 1993. Waktu menunjukkan pukul lima lewat empat
puluh tujuh menit. Suara tangisan seorang bayi terdengar di ruang bersalin RSUD
Kota Sorong, suara tangis yang membawa sebuah kebahagiaan bagi kedua orang tua
si bayi. Kebahagiaan yang mungkin sangat tidak bisa dijelaskan seperti apa.
Maklum, si bayi merupakan anak pertama dari pasangan suami-istri ini. kebahagiaan
ini bukan hanya bagi kedua pasang suami-istri ini saja, tapi mungkin bagi seluruh
keluarga besar mereka.
Ali Zainal Abidin Seknun, nama yang diberikan sang ayah kepada putra
pertamanya itu. Nama yang katanya diambil
dari nama seorang Imam besar, dan tentunya nama yang juga memiliki sebuah doa
dan pengharapan didalamnya.
Ya, itulah saya. Tumbuh dan besar di lingkungan keluarga yang sangat
harmonis, dan tentunya mendapat kasih sayang yang penuh dari kedua orang tua
membuat kehidupan saya di masa kecil sungguh terasa indah. Memiliki tiga orang
adik, satu laki-laki dan dua orang perempuan, membuat saya menjadi seorang
kakak yang harus mampu memimpin dan bertanggung jawab.
Sejak lahir saya tinggal di Kota Sorong, kota kelahiran saya. Sampai saya
pertama kali memasuki dunia pendidikan dimulai dari tingkat taman kanak-kanak
(TK). TK AN-Ni’mah menjadi lembaga pendidikan pertama yang saya ikuti, saya
masuk ke TK itu karena satu alasan, agar ibu saya dapat dengan mudah mengawasi
saya. Karena jarak dari TK itu dekat dengan sekolah tempat ibu saya mengajar di
salah satu sekolah menengah pertama yang ada disitu.
Satu tahun menghabiskan waktu untuk bermain di tempat itu, tahun
berikutnya saya memasuki Sekolah Dasar. SD Muhammadiyah 1 Sorong menjadi
pilihan , entah apa yang menjadi alasan saya dimasukkan oleh kedua orang tua
saya di sekolah itu, saya pun tak pernah menanyakanya. Yang pasti, adik-adik
saya pun ikut juga masuk ke sekolah itu. Sekitar lima setengah tahun
menghabiskan waktu di sekolah tersebut, banyak sekali momen momen yang tak bisa
dilupakan. Mulai dari jatuh karena mengejar motor sampai kepala berdarah pada
saat kelas 1, mengikuti ujian susulan sendiri di kelas 4, mengikuti kemah
pramuka, dan menjadi juara cerdas cermat di kelas 5. Sebenarnya masih banyak,
tapi mungkin akan terlalu panjang untuk diketik disini. Satu hal lagi, rangking
saya dari kelas 1 sampai kelas 5 disitu selalu berada di peringkat 3 besar.
Sombong ? sepertinya tidak, itu kebanggan pada diri sendiri J.
Pada kelas 6, saya hanya berada di sekolah itu sekitar 3 bulan. Karena tepat
pada saat itu, ayah saya dipindah tugaskan dari kota Sorong menuju ke kota
Makassar. Seluruh keluarga diboyong juga pindah bersama ayah, mau tidak mau
saya pun harus melanjutkan pindah sekolah kesana. Aneh rasanya, baru pertama
kali merasakan yang seperti itu. Kelas 6 pun saya lanjutkan di SD Kartika
Chandra Makassar, sekolah swasta milik TNI-AD yang berada tidak jauh dari
rumah. Meskipun pindah, prestasi di sekolah tidak turun. Tetap menjadi
peringkat pertama dan menjadi juara umum di akhir tahun. Bulan Juli 2005,
pertama kalinya saya memakai seragam SMP, pilihan sekolahnya jatuh kepada MTs
Negeri Makassar. Kenapa disekolah itu ? kisahnya unik. Ayah saya sebenarnya
menginginkan saya untuk masuk ke sebuah pondok pesantren, namun ibu tidak
mengizinkan. Ibu ingin saya masuk ke SMP Negeri, maka diambillah jalan tengah
untuk dimasukkan ke Madrasah Tsanawiyah. Pilihan yang pas menurut saya.
Jarak rumah ke sekolah itu cukup jauh, sekitar 5-6 km. Setiap hari saya
berangkat menggunakan sepeda ke sekolah, kadang kalau cuaca sedang hujan atau
saya sedang terlambat, biasanya diantarkan dengan mobil oleh ayah. Karena jalan
menuju kantor ayah, searah dengan sekolah saya waktu itu.
Di kota ini, saya masuk ke salah satu SSB (Sekolah Sepak Bola). Hobi bermain
bola pun dapat tersalurkan dengan baik. Sama ketika pergi ke sekolah, ke
lapangan latihan pun saya mengendarai sepeda. Meskipun jarak ke lapangan
latihan lebih jauh daripada ke sekolah, tapi selalu terasa biasa saja, mungkin karena
dijalani dengan senang. Lewat SSB ini
pula saya untuk pertama kalinya mendaratkan kaki di Jakarta, mengikuti
pertandingan sepakbola mewakili Provinsi Sulawesi Selatan. Banyak sekali
kejadian yang saya ingat di kota ini. Pertama kali menonton pertandingan bola
langsung di stadion, menjadi ballboy
untuk pertandingan Sepakbola Liga
Indonesia, bikin kekacauan di restoran, dan masih banyak lagi. Dan di kota ini
pula, untuk pertama kalinya saya merasakan yang namanya jatuh cinta. Pertama kalinya
menembak seorang cewek, dan juga pertama kalinya ditembak oleh seorang cewe
(perlu dicatat, karena hal ini terus terjadi hahaha :D).
Kota Makassar mendapatkan sebuah tempat di dalam hati saya, saya cinta
kota ini. Sebenarnya masih sangat-sangat banyak kejadian-kejadian dan momen
yang terjadi di kota ini, namun tidak akan saya bahas disini, mungkin nanti
akan saya ceritakan di blog ini dalam sebuah postingan tersendiri.
Keberadaan saya di Makassar harus berakhir pada Juni 2007, ayah mendapat
perintah untuk pindah tugas lagi ke Jakarta. Saya hanya berada di SMP pada saat
itu sampai kelas 2 , dan harus merasakan
pindah kota dan pindah sekolah lagi. Ayah dan adik saya yang laki-laki ikut ke
Jakarta, karena adik saya ingin dimasukkan di Pondok Pesantren disana. Sementara
saya, ibu dan dua orang adik perempuan saya kembali lagi ke kota Sorong. Alasannya
karena ibu harus melanjutkan tugas mengajarnya yang terhenti saat pindah ke
Makassar. Balik ke Sorong, saya memikul tanggung jawab yang cukup besar. Menjadi
satu-satunya laki-laki yang berada di rumah, membuat saya dititipkan amanah
oleh ayah untuk mampu menjaga ibu dan dua orang adik perempuan saya. Cukup berat
untuk saya saat itu, namun saya pikir inilah resiko menjadi seorang laki-laki
dan seorang anak yang paling tua untuk menjadi pengganti ayah di rumah. Kelas 3
SMP, saya melanjutkan sekolah saya di MTs Negeri Sorong, tepatnya di sekolah
tempat ibu saya mengajar. Tidak butuh waktu lama untuk adaptasi disitu, selain
karena sudah pernah merasakan yang namanya menjadi siswa baru, rata-rata teman
disitu adalah teman sekolah sewaktu SD yang sudah saling kenal.
Setahun disitu, saya berhasil lulus dan melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 2 Kota Sorong. Kalau menurut lagu dari Alm. Chrisye, masa-masa paling
indah itu saat kita SMA. Saya kira itu benar, masa-masa berada di SMA merupakan
salah satu masa yang indah dan paling hebat yang pernah saya alami. Dimulai saat
mendaftar pada hari terakhir pendaftaran, dikerjain saat MOS, mendapat teman
sekelas yang unik dan kocak, lomba antar-kelas pada saat peringatan 17 agustus,
bakti sosial, safari ramadhan, menjadi pengurus OSIS, dilempar ke kolam ikan
saat ulang tahun, nembak cewek di lab fisika, ditembak cewek (ya, ini terjadi
lagi), tawuran dengan sekolah lain, ekskul futsal, belajar tambahan untuk UN, dan
masih sangat banyak kejadian-kejadian yang sangat memorable yang susah untuk dilupakan. Mungkin ini akan menjadi satu
postingan cerita tersendiri di blog ini.
Satu hal yang paling menyedihkan saat saya SMA adalah perpisahannya,
berat rasanya berpisah dengan teman-teman semua saat itu, namun demi cita-cita
kami semua rela untuk itu. 3 tahun berada di SMA 2, membuat saya berpikir bahwa
satu hal dalam hidup ini yang patut kita jaga adalah teman. Kapanpun dan
dimanapun kita berada, seorang teman pasti akan selalu ada.
Lulus dari SMA 2, saya memilih melanjutkan pendidikan saya ke Universitas
Gunadarma. Alasannya waktu itu karena saya memang suka dengan dunia IT, dan
saya direkomendasikan oleh salah seorang paman saya yang juga bekerja di bidang
IT. Oleh paman saya itu, saya disuruh untuk mendaftar ke Universitas Gunadarma,
saya pun mengikuti sarannya. Syukurnya, kedua orang tua saya pun menyetujui dan
mendukung keputusan yang saya pilih. Mereka tidak menghalangi keinginan saya
ini, meraka hanya berpesan agar mampu untuk bertanggung jawab atas keputusan
yang telah saya pilih.
Memulai kehidupan kampus dengan hidup sendiri jauh dari orang tua,
merupakan suatu pengalaman tersendiri. Pada awalnya cukup kaget dengan keadaan
seperti ini, namun dengan berjalannya waktu, lama kelamaan sudah terbiasa
menjalaninya. Menjadi seorang mahasiswa, membuat saya menjadi semakin sadar
untuh harus terus banyak belajar. Banyak ilmu-ilmu yang masih harus saya kejar
dan gapai di Kampus ini. Untungnya, saya mendapat teman-teman kelas di kampus
yang juga mau saling membantu dan sama-sama belajar untuk itu. Teman-teman
disini semuanya mempunyai prinsip yang sama untuk terus belajar, dan tidak
mudah menyerah. Hal itu sangat membantu saya untuk bisa menyelesaikan
pendidikan ini secepatnya, dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Sekarang saya
sudah berada di tingkat 3, tepatnya semester 5. Perjalanan di kampus ini masih
ada 3 semester lagi, semoga segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik dan
lancar sampai seterusnya, Amiiiin.
Sekian dulu cerita tentang diri saya, semoga ini akan menjadi satu kisah
yang mampu untuk kembali mengingatkan saya tentang arti sebuah perjalanan yang
telah membuat saya sampai disini. Sebuah kisah yang akan terus berlanjut sampai
nanti, sampai sukses nanti.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar